Tentang Sistem Antirudal Balistik THAAD di Korea yang Picu Reaksi Cina

Tentang Sistem Antirudal Balistik THAAD di Korea yang Picu Reaksi Cina

Sejak pemerintahan baru di Korea Selatan dilantik pada Mei lalu, keberadaan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), atau sistem pertahanan rudal balistik, berkembang menjadi isu yang diperdebatkan antara Seoul dan Beijing.

Tepatnya setelah Presiden Korea Selatan yang baru, Yoon Suk-yeol, menyerukan penguatan persekutuan dengan Amerika Serikat.

Perdebatan terkini tentang sistem THAAD terjadi pekan lalu saat Kementerian Luar Negeri Cina mengklaim adanya kebijakan ‘3 Tidak’ dan ‘1 Pembatasan’ dari pemerintahan Korea Selatan sebelumnya.

Menurut Beijing, pemerintahan presiden yang sekarang tidak seharusnya melanggarnya.

Kebijakan ‘3 Tidak’ itu merujuk kepada tidak ada pengerahan tambahan sistem antirudal, tidak berintegrasi ke dalam sistem pertahanan rudal yang dipimpin Amerika Serikat dan tidak membangun aliansi trilateral dengan Washington dan Tokyo.

Sedangkan ‘1 Pembatasan’ berarti membatasi penggunaan sistem THAAD yang sudah ada di Korea.

Korea Selatan pada 2016 memang memutuskan untuk mendatangkan sistem pertahanan rudal milik AS itu karena menganggap semakin berkembangnya ancaman rudal dan nuklir Korea Utara.

Instalasi satu baterai sistem THAAD kemudian dilakukan pada 2017 yang malah memicu reaksi dari Cina, yang menyatakan radar dari sistem rudal itu bisa saja dikonfigurasi ulang mengarah ke wilayahnya.

Saat itu Beijing langsung membekukan tur grup dari negaranya ke Korea Selatan dan melarang raksasa supermarket asal Korea Selatan Lotte di Cina karena telah menyediakan lahan untuk pengerahan sistem rudal tersebut.

Presiden Korea Selatan sebelumnya, Moon Jae-in, seorang liberal yang memperjuangkan kesepakatan damai dengan Korea Utara, kemudian membuat kebijakan ‘3 Tidak’ dan ‘1 Pembatasan’ itu untuk memperbaiki hubungan Seoul-Beijing.

Namun, penggantinya yang sekarang adalah seorang konservatif Yoon Suk Yeol.

Dia menyerukan kerja sama keamanan lebih kuat dengan Washington dan mengungkap kesediaan membeli baterai THAAD tambahan untuk ditempatkan di lokasi yang lebih dekat ke Seoul.

Alasannya, mengantisipasi percepatan pengembangan program rudal dan senjata nuklir Korea Utara.

Terhadap kebijakan yang dibuat di masa Presiden Moon Jae-in itu, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakannya bukan sebagai komitmen terhadap Cina, dan tidak untuk dinegosiasikan dengan negara itu.

Meskipun Seoul juga berharap isu tersebut tidak sampai menjadi batu sandungan bagi hubungan kedua negara.

Ditambahkan pula dari Kementerian Pertahanannya kalau radar akan terhalang pegunungan jika diarahkan ke Cina dari lokasinya saat ini.

Pensiunan Jenderal Amerika Serikat, Robert Abrams, yang pernah menjadi Komandan Pasukan Amerika Korea, juga menepis tudingan dari Beijing kalau radar di sistem THAAD bisa memata-matai Beijing.

“Tolong jelaskan kepada kami bagaimana THAAD di Korea Selatan mengancam keamanan strategis Republik Rakyat Cina,” katanya lewat akun Twitter pada 27 Juli 2022.

“Ini adalah area sistem pertahanan.

Pastinya sensor-sensor canggih Anda bisa tahu pada mode apa radar TPY-2 bekerja.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

[ Back To Top ]