Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan kinerja ekspor Indonesia masih akan terus tumbuh setelah kuartal II 2022.
Ekspor mampu menjadi salah satu indikator utama yang menopang pertumbuhan ekonomi di level 5,44 persen secara tahunan.
Menurut dia, kinerja perdagangan bakal terjaga karena situasi ekonomi global yang penuh tekanan akibat tingginya harga-harga komoditas memberikan keuntungan bagi produk ekspor dalam negeri.
Apalagi, tekanan ekonomi disebabkan oleh permasalahan pasokan barang global.
“Masih akan tetap memberikan keuntungan pada harga komoditas dan menjadi durian runtuh atau windfall bagi kinerja ekspor komoditas Indonesia ke depan,” kata Zulkifli alias Zulhas, melalui siaran pers, Ahad, 7 Agustus 2022.
Kendati begitu, pemerintah memastikan akan mengantisipasi dampak kondisi global melalui penguatan faktor-faktor produksi di dalam negeri.
Pemerintah memprioritaskan stok demi menjaga kestabilan harga dan ketersedian bahan pokok.
Selain itu, Kementerian Perdagangan akan aktif melakukan diversifikasi akses pasar ekspor melalui sejumlah perjanjian perdagangan.
Langkah ini, menurut Zulhas, dilakukan untuk menjaga agar kinerja ekspor Indonesia yang tumbuh sangat baik sejak awal tahun ini.
Pada kuartal II 2022, dia melanjutkan, kinerja ekspor Indonesia masih mampu terus tumbuh dua digit di level 19,74 persen.
Komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi dengan kontribusi mencapai 24,68 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Penguatan ekspor yang tinggi tersebut salah satunya didorong kenaikan harga komoditas dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan disrupsi pasokan global serta kenaikan permintaan negara mitra pascapandemi,” ucap dia.
Selama periode yang sama, ekspor migas Indonesia pun tercatat tumbuh US$ 4,46 miliar atau 35,17 persen dibandingkan dengan kuartal I 2022.
Sedangkan ekspor nonmigas tercatat US$ 70,46 miliar atau tumbuh 12,12 persen dibandingkan kuartal I 2022.
Produk ekspor yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah bahan bakar mineral (HS 27), seperti batu bara, besi, dan baja (HS 72) yang merupakan produk turunan nikel; bijih logam (HS 26), mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85); serta berbagai produk kimia (HS 38).
“Kinerja ekspor ini menjadi akselerator penopang ekonomi Indonesia pada kuartal II yang tumbuh positif 5,44 persen yoy.
Ini merupakan momentum yang perlu kita jaga di tengah kondisi pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat di berbagai negara,” ujar Zulhas.
Berdasarkan negara tujuan ekspornya, Zulhas mengatakan ekspor ke Cina menembus US$ 15,18 miliar.
Sedangkan ke India mampu menyentuh US$ 6,89 miliar.
Zulhas menuturkan, dengan kinerja ekspor ini, pada periode Januari-Juni 2022, total surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 24,89 miliar.
Surplus ini, kata dia, menjadi yang tertinggi dan melampaui rekor surplus sebelumnya pada 2007 sebesar US$ 20,15 miliar.
“Dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi, neraca perdagangan Indonesia pada kuartal II mencatat surplus yang cukup lebar mencapai US$ 15,55 miliar.
Nilai ini melampaui surplus kuartal I yang hanya tercatat sebesar US$ 9,33 miliar,” kata Zulhas.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.